Rabu, 06 Februari 2013

Wisata Sejarah Budaya Kota Denpasar

1.    Patung Catur Muka
Patung Catur Muka terletak di tengah2 kota denpasar dan menjadi titik 0 km Denpasar. Patung Catur Muka ini merupakan penggambaran Dewa Brahma, Sang Pencipta, disebut Catur Muka (Empat Wajah) karena memiliki empat wajah yang menghadap ke empat penjuru mata angin dan didirikan pada tahun 1973. Catur Muka berhubungan dengan Dewa Catur Lokapala, empat dewa di empat arah angin. Muka Dewa Iswara, sebagai wujud dewa keputusan kemoksaan dan kebijaksanaan, menghadap ke timur. Dewa Brahma, sebagai pencipta yang menguasai ketentraman serta pelenyap segala bentuk kejahatan, dibuat menghadap ke selatan. Dewa Mahadewa, yang dikenal dengan anugerah kasih sayangnya, mukanya menghadap ke barat. Sedangkan yang menghadap ke utara adalah Dewa Wisnu, dewa pemelihara dan pemusnah segala kemelaratan serta kemaksiatan. Patung ini menjadi pusat aktivitas masyarakat Denpasar seperti berbagai acara dan festival, dan festival paling terkenal yang diadakan di tempat ini adalah Denpasar Festival.

2.    Monumen Puputan Badung
     Monumen Puputan Badung terletak di depan Rumah Dinas Gubernur. Puputan Badung merupakan simbolisasi dri bentuk perang perlawanan terhadap ekspedisi militer pemerintah kolonial Belanda V di Badung. Puputan Badung berarti pula bentuk reaksi terhadap intervensi penguasa Belanda terhadap kedaulatan masyarakat Badung. Bagi masyarakat Bali di Badung, puputan berarti juga sikap mendalam yang dijiwai oleh nilai-nilai luhur, yaitu ksatria sejati, rela berkorban demi kedaulatan dan keutuhan negeri (Nindihin Gumi Lan Swadharmaning Negara) membela kebenaran dan keadilan (Nindihin Kepatutan) serta berperang sampai tetes darah terakhir. Oleh karena itu ”Puputan” yang menjadi tekad bersama raja-raja, para bangsawan dan seluruh rakyat di Badung sama sekali bukanlah refleksi keputusasaan, justru perang Puputan Badung 20 September 1906 merupakan fakta sejarah tak terbantahkan tentang jiwa kepahlawanan dan kemanunggalan raja dan rakyat Badung. Tempat perang tersebut dijadikan sebagai Monumen Puputan Badung oleh kerajaan Badung. Monumen ini menggambarkan tentang perang Puputan terletak di jalan Surapati, Denpasar. Monumen ini terdiri dari ayah, ibu dan dua orang dua anak kecil sambil membawa keris dan bambu yang bersiap untuk menyerang, melindungi dan bertempur sampai titik darah penghabisan

3.    Museum Bali   
Museum Bali di Denpasar dibangun pada tahun 1931, dirancang oleh arsitek P.J. Moojen. Eksterior dinding, halaman, dan gerbang dirancang dengan gaya khas puri atau kerajaan di Denpasar. Ada empat bangunan di kompleks museum ini yaitu Gedung Tabanan, Gedung Buleleng, Gedung Karangasem dan Gedung Timur. Gedung di tempat ini mewakili berbagai kabupaten di Bali. Pada bagian utara terdapat Gedung Tabanan. Koleksi-koleksi yang ditampilkan adalah peralatan tari seperti kostum tari, semua jenis topeng untuk tarian topeng, wayang kulit, keris (pedang tradisional Bali) untuk tari Calonarang, dan juga beberapa patung kuno.
Di tengah kompleks tersebut berdiri Gedung Buleleng. Gedung Buleleng memerkan industry kerajinan yang ada di Bali. Bangunan ini memiiki gaya khas Pura di Bali utara. Anjungan ini memiliki koleksi pakaian adat Bali termasuk kipas tradisional Bali.Bangunan terakhir, yang terletak di pintu masuk utama adalah Gedung Timur di mana terdapat kulkul yang tinggi menjulang (peralatan tradisional untuk mengumpulkan penduduk), serta berbagai koleksi prasejarah lainnya. Anda dapat melihat peralatan yang digunakan oleh manusia selama masa berburu dan bercocok taman, periode budidaya, dan periode metalik. Sedangkan lantai atas Gedung ini menampilkan koleksi seni rupa Bali.
Museum Bali adalah tempat yang baik untuk belajar lebih banyak tentang Bali. Bangunan-banguna ini juga sangat bercirikan khas tradisional Bali. Lingkungannya juga ditata dengan asri. Wisatawan dapat berkunjung kesana setiap hari, kecuali hari libur. 

4.    Pura Jagatnatha    
Pura Jagatnatha terletak  di Jalan Mayor Wisnu, sebelah timur lapangan Puputan Badung. Pura ini dikategorikan sebagai Pura Kahyangan dan menjadi altar bagi dewa-dewa Hindu. Jika dibandingkan dengan pura-pura Kahyangan ataupun pura lain di Bali, nama pura ini diambil dari nama gunung atau desa yang relevan dengan pura yang terletak di area Pura Besakih, dan pura lainnya. Hal yang paling menonjol adalah bangunan Padmasananya, yang merupakan Padmasana terbesar dan tertinggi di Bali. Pura Jagatnatha memakai nama spesial yang tidak dapat dipisahkan dari berbagai aspek konsepsi.
Di antara pura-pura di Bali, Pura Jagatnatha juga diresmikan dengan melaksanakan upacara kecil pada 13 Mei 1968. Pura Jagatnatha memiliki keunikan yaitu tidak adanya Pengempon (kelompok masyarakat yang mengelola pura ini). Sejak diresmikan, Pura Jagatnatha hanya memiliki beberapa orang yang mengelola dana mulai dari pembangunannya sampai untuk upacara sehari-hari. Di sebelah selatan Pura Jagatnatha terdapat Museum Bali, sedangkan di depannya terdapat lapangan Puputan Badung dan Patung Catur Muka. Walaupun terletak di pusat kota yang sarat dengan kebisingan dan suasana globalisasi, namun sampai kini eksistensinya masih bertahan.Disini kita akan mendapatkan ketenangan, kesunyian, dan keindahan Pura yang dapat memanjakan mata. Tempatnya juga cukup strategis dan mudah dijangkau. tidak perlu jauh-jauh dan harus bertanya kemana-mana untuk menemukan tempat ini. Karena pura ini terletak di jantung kota Denpasar.


6. Hotel Ina Bali
Hotel Inna Bali merupakan hotel pertama di Bali dan terletak di tengah kota Denpasar. Hotel ini awalnya merupakan tempat persinggahan para awak kapal perusahaan pelayaran belanda KPM (Koninkelijke paketvaar Matschappi) yang berlabuh di Bali. Inna Bali Hotel yang merupakan hotel tertua di Denpasar ini memiliki daya tarik berupa arsitektur bangunannya yang bergaya eropa terutama lobi dan kamar hotelnya, selain itu di hotel ini terdapat kamar hotel (kamar 707) bersejarah pernah dihuni oleh beberapa pemimpin  nasional maupun internasional, diantaranya presiden Ir. Soekarno, Mahatma Gandhi dan Megawati Soekarno putri. Terdapat pendopo agung tempat untuk menikmati pertunjukkan seni budaya tradisional dan pesta pernikahana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar